Saturday, January 19, 2013

- Kisah tentang seorang pelajar perempuan di sebuah sekolah perempuan di Palestin


Hari itu dewan sekolah ada perhimpunan seperti biasanya. Di antara keputusan dan arahan yang dikeluarkan semasa perhimpunan ini adalah pemeriksaan mendadak bagi pelajar. Suasana pada masa itu nampak normal dan terkawal, keadaannya sangat tenang. Pelajar perempuan menerima perintah ini dengan senang hati. Mulailah pengawas pemeriksa memeriksa semua ruangan dan pakaian dengan penuh percaya diri.
Keluar dari satu ruangan masuk ke ruangan lainnya. Membuka beg-beg para pelajar di depan mereka. Semua beg kosong kecuali berisi buku-buku, pena dan peralatan diperlukan semasa kelas lainnya. Hingga akhirnya pemeriksaan selesai di seluruh ruangan kecuali satu ruangan. Di situlah bermula kejadian. Apakah sebenarnya
yang terjadi ? Pengawas pemeriksa masuk ke ruangan ini dengan penuh percaya seperti biasanya. Pengawas meminta izin kepada para pelajar untuk memeriksa beg-beg mereka. Dimulailah pemeriksaan. Pada masa itu di hujung ruangan ada seorang pelajar yang sedang duduk. Dia memandang kepada pengawas pemeriksa dengan
pandangan terpecah dan mata nanar, sedang tangan memegang erat begnya. Pandangannya semakin tajam
setiap giliran pemeriksaan semakin dekat pada dirinya. Tahukah anda, apakah yang dia sembunyikan di dalam begnya ??? Beberapa saat kemudian pengawas pemeriksa memeriksa pelajar yang ada di depannya. Dia
masih dan tetap memegang sangat erat begnya, sangat kemas. Seakan dia mengatakan: demi Allah, mereka tidak akan membuka beg saya. Dan tiba lah giliran pemeriksaan pada dirinya. Dimulailah pemeriksaan.
'Tolong buka beg kamu anakku',
kata seorang guru anggota pengawas pemeriksa itu, namun pelajar tadi masih tidak mahu membuka begnya.
' Berikan begmu, wahai anakku, kata pemeriksa itu dengan lembut'.
Namun tiba-tiba pelajar itu menjerit: tidak … tidak … tidak … Teriakan itu mengejutkan para
pemeriksa lainnya dan mereka pun berkumpul di sekeliling pelajar tersebut.
- Apakah rahsia yang dia sembunyikan, dan apa yang sebenarnya terjadi.. Maka terjadilah adegan perebutan
tangan untuk mendapatkan beg yang masih tetap berada dalam dakapan pemiliknya. Pelajar lain pun terkejut dan
semua ikut berminat. Seorang guru wanita berdiri dan tangannya diletakan di mulutnya. Ruangan tiba-tiba sunyi. Semua terdiam. Ya Ilahi, apakah sebenarnya yang ada di dalam beg tersebut. Apakah benar bahawa si Fulanah (pelajar)
tersebut membawa barang terlarang?Setelah dibuat perbincangan akhirnya pengawas pemeriksasepakat untuk membawa pelajar dan begnya ke bilik, supaya dapat dilanjutkan pemeriksaan.. Pelajar tadi masuk ke bilik sedang
air matanya bercucuran bagai hujan. Matanya memandang ke arah semua yang hadir di ruangan itu dengan tatapan lesu dan nanar. Lantas, ketua pengawas pemeriksa memerintahkannya duduk dan menenangkan situasi.
Dia pun mulai tenang. Dan guru besar sekolah pun bertanya, apa yang kau sembunyikan di dalam
beg wahai anakku …? Di sini, dalam keadaan yang sukar dan sulit, dia membuka begnya.
Ya Ilahi, apakah gerangan yang ada di dalamnya? Bukan. Bukan. Tidak ada sesuatu pun yang dilarang ada di dalam begnya. Tidak ada benda-benda terlarang, kecuali sisa- sisa makanan (roti). Ya, itulah yang ada di dalam
begnya. Setelah ditanya tentang sisa makanan yang ada di dalam begnya, dia menjawab, setelah menarik nafas panjang.
“Ini adalah sisa-sisa roti makan pagi pelajar lain, yang masih tersisa separuh atau seperempatnya di dalam
bungkusnya. Kemudian saya kumpulkan dan saya makan sedikit darinya sebagai alas perut. Sisanya saya
bawa pulang untuk keluarga saya di rumah …Ya, untuk ibu dan saudara-saudara saya di rumah. Agar mereka memiliki sesuatu yang boleh dibuat untuk makan siang dan makan malam. Kami adalah keluarga miskin, tidak
memiliki siapa-siapa dan apa-apa.. Kami bukan siapa-siapa dan memang tidak ada yang akan bertanya tentang kami. Alasan saya untuk tidak membuka beg, agar saya tidak malu di hadapan teman-teman di ruangan tadi.”
Tiba-tiba suara tangis memenuhi ruangan tersebut. Mata semua yang hadir bercucuran air mata sebagai tanda penyesalan atas sangkaan buruk pada pelajar tersebut. Ini adalah satu dari sekian banyak peristiwa kemanusiaan yang memilukan, bukan sekadar di bumi Palestin seperti yang dinyatakan penulis, tetapi di setiap ceruk bumi Allah ini. Ianya terjadi di sekitar kehidupan kita. Kita tidak tahu, mungkin kita terlepas pandang mereka-mereka
yang pernah kita pandang sekilas lalu, barang kali selama ini kita tidak peduli dengan mereka.
Doa dan hulurkan tangan kita, setidaknya mungkin sedikit meringankan penderitaan mereka. Khususnya saudara-
saudara kita yang sedang dan terus ditindas hingga kini.. 


“Orang yang pengasih akan di kasihi Dzat yang Maha Pengasih, kasihilah yang di bumi, maka yang di langit akan mengasihimu.”
 

0 comments:

Post a Comment


Terima Kasih Sudi Baca, Terima Kasih Sudi Komen :)

Share